Baskoro Latu & Lukas Birk

Baskoro Latu, Yogyakarta, Indonesia.
telah menyelesaikan studinya di ISI jurusan desain komunikasi visual
musik dan seni grafis merupakan dua hal yang tidak dapat dilepaskan dari seniman yang satu ini. ketertarikannya terhadap musik membuatnya bergabung dalam sebuah band bernama 'keronchonk cahaos'. band tersebut merupakan sebuah band keroncong alternatif yang cukup populer di jogja di tahun 2001.
ketertarikannya terhadap seni grafis membuat baskoro banyak menghabiskan waktunya untuk belajar grafis dengan temanteman grafis minggiran dari melihat mereka membuat kaya
keseriusannya dalam mempelajari seni grafis berhasil di buktikannya dengan mengikuti berbagai pameranbaik di jogja maupun di luar jogja.

tentang karya
saya melihat gambar yang diberikan kepada saya sebagai gambar yang banyak berbicara tentang politik dan sejarah manusia. sementara, dalam berkarya saya sangat jarang menggunakan isu politil secara langsung. karenanya saya mencoba melihat sebuah sisi yang lain dari setiap foto yang saya terima. sepeti gambar reruntuhan gedung yang mungkin desebabkan oleh perang. saya coba menggali sisi akibat akibat dari perang tersebut untuk anak-anak. kemudian gambar bagunan masjid yang saya lihat sebagai sibol religi secara umum. bagaimana sebuah religi saat ini dijalankan dengan salah kaprah. jika kita mengenal istilah agnostik sebagai sikap bertuhan tanpa agama. namun saat ini situ asi yang terlihat adalah bagaimana manusia beragama tanpa tuhan.

Lukas Birk Bregenz, Austria.
Telah bekerja sejak usia muda sebagai presenter radio dan jurnalis di Austria dan jerman. Di usianya yang ke 20, Lukas menyelenggarakan pameran foto pertama setelah perjalanan panjangnya di India dan Asia Tenggara. Belajar Digital Art and Photography di London CMM. Aktif di berbagai aktifitas seni sebagai bagian dari pendiri : Austro Sino Arts Program, artist group free lovemotel, Afghan box camera project and the Austro Indonesian Arts Program. Berbagai karya fotografi, video dan instalasinya berkaitan dengan persoalan-persoalan kemanusiaan seperti pariwisata di zona peperangan, sentimen di kota-kota besar, kekosongan dan pembangunan dunia baru. Lukas melakukan perjalanan hingga 6 bulan setiap tahun dan penjelajahan tersebut merupakan bagian yang penting dari setiap karyanya. Karya-karyanya telah dipamerkan secara meluas di tiga benua.

tentang karya
Kehilangan kendali merupakan proses yang sulit, namun menarik dalam menciptakan sebuah karya. Saya memeliki kecenderungan untuk bekerja dengan sangat terorganisir dan terstruktur di setiap project. Konsep “ untuk mengenal yang tidak dikenal” mendorong saya untuk menghilangkan sebagian kendali dan membiarkan sebuah kolaborasi berjalan. Bagi saya, itu seperti sebuah teritori yang tidak ada di dalam peta. Sebagai seorang traveler, saya sering berada pada situasi dimana terdapat banyak perbedaan dalam melakukan refleksi dan intrepetasi yang menciptakan perluasan sebuah persepsi yang bersifat sementara maupun permanen. Sistem artistik yang diterapkan dalam kolaborasi ini membentuk sebuah perluasan dari pemahaman.


Lukas Birk_Baskoro Latu2a.jpg